Kamis, 05 Mei 2011

Arah Pembangunan Pendidikan dan Ekonomi

ARAH PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN EKONOMI
Oleh: Lailatul Qadar

I
Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan pranan penting dalam membangun dan menumbuh kembangkan peradaban. Maju mundurnya suatu pradaban ditentukan oleh pendidikan. Bahkan, pradaban dan kebudayaan umat manusia tidak akan pernah muncul tanpa ada lembaga yang mengarahkan manusia ke arah tersebut. Karena manusia terlahir kedunia tidak memiliki daya dan ilmu yang dapat membuatnya berkembang lebih maju, maka pendidikanlah yang membangun daya dan pengetahuan tersebut dalam jiwa manusia. Al-Qur’an menegaskan :
Dan Allah-lah yang mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui seuatu apapun. Dan Dia memberi kamu pendengaran penglihatan dan hati agar kamu bersyukur .
Dalam keadaan ketidaktahuan manusia itu, Allah membekalinya dengan indera baik indera zahir maupun indera batin. Melalui indera itulah manusia dapat mengetahui sesuatu.
Indera manusia yang meliputi, indera zahir, batin, dan indera qalbu merupakan sarana transformasi ilmu pengetahuan. Melalui tiga indera itulah ilmu pengetahuan sampai ke dalam jiwa manusia. Pendidikan merupakan wadah tempat manusia berinteraksi, dengan menggunakan indera, dimana melalui indera itu ilmu masuk ke dalam jiwa atau kalbu yang pada akhirnya melahirkan sikap dan perilaku serta pradaban.
Bahkan lebih jauh, pendidikan tidak hanya membangun saja tetapi juga memberikan pola, warna, atau model terhadap peradaban itu sendiri. Justru karena itu, pola pendidikan yang berbeda akan melahirkan model dan bentuk peradaban yang berbeda pula. Pola pendidikan sekuler akan melahirkan pradaban yang sekuler. Demikian pula sebaliknya; pendidikan islami akan melahirkan pradaban islami.
Al-Qur’an memandang bahwa pendidikan merupakan persoalan pertama dan utama dalam membangun dan memperbaiki kondisi umat manusia di muka bumi ini. Hal itu ditandai dengan gagasan awal al-Qur’an mengenai pendobrakannya terhadap tabir kebodohan dan keterbelakangan melalui perintah membaca, dimana membaca itu merupakan aktivitas belajar yang tentu saja bagian dari kegiatan pendidikan. Dengan demikian, pendidikan kata kunci untuk kemajuan bangsa. Maka kemajuan suatu negara selalu diukur dengan mutu dan penyelenggaraan pendidikan yang dimiliki oleh bangsa tersebut.
II
Selain pendidikan, Islam mempunyai perhatian yang sangat kuat terhadap pembangunan ekonomi dan mengangkat derajat masyarakat miskin. Banyak perintah dan sanjungan kepada orang yang kaya. Islam misalnya memerintahkan agar umatnya berzakat. Orang tentu tidak mungkin berzakat, tampa memiliki kekayaan. Dalam suatu ungkapan dikatakan pula “ yadul `ulya khairun min yadi sulfa” (tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah). Orang tidak mungkin memberi tampa memiliki harta lebih dari kebutuhannya. Ini maknanya, Islam menuntut umatnya agar bekerja keras agar menjadi orang kaya. Sebab kemiskinan, pada hakikatnya mempunyai korelasi dengan kemalasan dan kebodohan.
Istilah miskin yang telah menjadi kosa kata Bahasa Indonesia sebenarnya berasal dari bahasa Arab, yaitu sakana yang secara harfiah berarti “diam” atau “tidak bergerak”. Maka kekurangan harta atau ketidakmampuan mencukupi kebutuhan hidup disebabkan oleh karena “diam” kurang usaha atau bahkan tidak mau bergerak sehingga berdampak kepada kemiskinan.
Mungkin yang menjadi pertanyaan disini adalah kenapa orang tidak mau berusaha, atau kenapa orang diam tidak mau bergerak? Ada dua kemungkinan jawaban atas pertanyaan ini, yaitu tidak ada modal usaha atau tidak tahu apa yang akan dilakukan dan bagaimana berusaha. Untuk menjawab persoalan pertama (tidak ada modal), pemerintah mesti menyusun program-program yang dapat memberikan modal kepada masyarakat miskin tersebut. Dan kata kunci menjawab persoalan kedua (tidak tahu apa yang akan diusahakan) adalah pendidikan dan pelatihan. Maka kedua kunci jawaban ini mestilah bersinarji berjalan seiring dan relevan.

III
Tetapi persoalan yang muncul kemudian adalah bahwa ternyata pendidikan dan peningkatan pendapatan belum menjamin kenyamanan dan kebahagiaan bagi manusia, seperti yang terlihat di negara-negara maju; banyak orang bunuh diri atau membunuh orang lain. Bahkan di negeri kita sendiri, bermunculan orang-orang kaya dan orang-orang berpendidikan yang sombong dan egois. Mereka “memangsa” manusia bahkan menggrogoti negaranya sendiri dengan tindakan atau perbuatan menyimpang yang mereka lakukan. Untuk itu pembangunan pendidikan dan ekonomi mestilah berbasis iman dan akidah tauhid serta mengadopsi model pendidikan Islam.
Pendidikan yang ditawarkan al-Qur’an memperlihatkan perbedaan yang cukup berarti jika dibandingkan dengan pendidikan konvensional. Perbedaan itu paling tidak terlihat pada perinsip dasar bangunan pendidikan tersebut, pendekatan belajar, orientasi penyelenggaraannya, dan sumber ilmu. Perbedaan-perbedaan itu mengimplikasikan corak, pola, dan model yang berbeda pula antara pendidikan Islam dengan pendidikan konvensional. Prinsip dasar pendidikan Islam itu adalah akidah tauhid dan Islam memandang ilmu yang dipelajari itu bersumber dari Allah. Maka pembelajarannya bercorak imani, dan pendekatan dalam pembelajarannya bernuansa akidah tauhid. Demikian pula orientasinya yang juga menuju penguatan keimanan, dan pembelajarannya selalu dilakukan dengan pendekatan spiritual. Sebab, Islam memandang bahwa ilmu itu bersumber dari Allah, maka spiritual menjadi suatu pendekatan yang tidak bisa diabaikan.
Sebaliknya, pendidikan konvensional tidak mempertimbangkan hal tersebut. Maka keimanan tidak selalu dijadikan rujukan dalam penyelenggaraannya, sehingga lahirlah paham sekuler yang ujungnya kesombongan dan keangkuhan.
Ajaran yang terkandung di dalam al-Qur’an berupa akidah tauhid, akhlak mulia, dan aturan-aturan mengenai hubungan vertikal dan horizontal ditanamkan melalui pendidikan dan pelatihan. Paradigma masyarakat tehadap harta, kedudukan, serta ilmu yang dimilikinya mestilah dibangun atas dasar iman. Dan nuansa ibadah mestilah melekat pada krangka berpikir dan menilai suatu objek dalam setiap kegiatan. Hal ini hanya bisa ditanamkan melalui pendidikan yang berbasis imani.
IV
Untuk membangun kota Pekanbaru kedapan sebagai kota bertuah yang berbudaya melayu dan islami, maka pilar pendidikan dan ekonomi merupakan kata kuncinya. Kedua pilar pembangunan ini mestilah beriring sejalan. Kedua mempunyai basis yang sama, yaitu iman dan amal saleh serta mempunyai arah yang sama yaitu kesejahteraan dan kebahagiaan dalam naungan ridha dan kasih sayang Allah. Kota seperti inilah yang disebut oleh al-Qur’an dengan “baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur”.
















DAFTAR RUJUKAN


Al-Qur'an al-Karim

`Abduh, Muhammad. Al-A`māl al-Kāmilah. Bairut; al-mu’assasah al-`Arabbiyah. 1972.

A.M. Saefuddin. Desekularisasi Pemikiran: Lndasan Islamisasi. Bandung. Mizan. 1991.

Ahmad al-Sawi. Al-Sawi `Ala al-Jalalayn Jilid III. t.tp; Dar Ihya’ al-Kutub al-`Arabiyyah `Isa al-Babi al-Halabi. t.th.

Farhan, Ishaq Ahmad. Al-Tarbiyah al-Islāmiyah Bayna al-Asālah wa al-Mu`āsarah. Jordan; Dar al-Furqan 1991.

al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad. Mishkat al-Anwār. Kairo; Dar al-Qawmiyah. 1963

Hasan Langgulung. Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan. Jakarta; PT. Al-Husna Zikra. 1995.

Hijazi, Muhammad Mahmud. Al-Tafsīr al-Wādih Jilid III. Bairut; Dar al-Jayl. 1993.,

Ibn Manzur, Abi al-Fadl Jamal al-Din Muhammad bin Mukrim. Lisān al-`Arab Jilid. Bairut; Dar al-Fikr. 1990.,

al-Isfihani, al-Raghib. Al-Mufradāt fī Gharīb al-Qur'ān. Bairut; Dar al-Ma`rifah. 2000

al-Jamali, Muhammad Fadhil. Nahwa Tawhīd al-Fikr al-Tarbawi fi al-cĀlam al-Islāmi. T.tp; Dar al-Tunisiyah. 1978.

Munzir Hitami. Mengonsep Kembali Pendidikan Islam. Pekanbaru; Infinite Press. 2004.

Nashwaty, `Abd al-Majid. `Ilm al-Nafs al-Tarbawi. Jordan; Dar al-Furqan. 1996.

`Uthman, `Abd al-Karim. Al-Nizami al-Siyasi fi al-Islam. Bairut; Dar al-Irsyad. 1968.

al-Zarnuji, Ibrahim ibn Isma'il. Ta`līm al-Muta`allim Tarīq al-Ta`allum. Semarang; Karya Taha Putra. t.th.